Asal Mulanya Gecok, Olahan Kambing yang Populer
Gecok adalah makanan khas di Tuntang, Jawa Tengah, yang bahannya serupa bahan jamu. Simak cerita pebisnis gecok ini. Salah satunya Eko Subroto, pemilik warung gecok Eka Jaya. Dia sudah berjualan sejak 2000.
Wilayah Tlogo Karanganyar, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah populer bersama dengan bersama dengan makanan berbahan daging kambing https://www.panssoulfood.com/. Gecok namanya.
Terdapat puluhan pedagang di Tlogo Karanganyar yang menjual gecok dengan banyak variasi sifat masakan sesuai ciri khas masing-masing.
Salah satunya Eko Subroto, pemilik warung gecok Eka Jaya. Dia sudah berjualan sejak 2000.
Saya adalah generasi ketiga, pernah dirintis nenek saya yang bernama Sutini, sehabis itu diteruskan ibu saya Siti Sutirah dan sehabis itu saya.
Eko mengatakan kakek-neneknya adalah orang pertama yang mengenalkan masakan gecok.
Kakek saya itu abdi keraton Solo bagian pengairan. Jadi sebenarnya gecok itu tergoda masakan Solo, khususnya tengkleng,” ujarnya.
Tapi ada perbedaan yang dasar, jika tengkleng itu kuahnya cair, tetapi jika gecok kental dan lebih pekat. Meski secara bumbu juga sama,” kata Eko.
Bumbu utama gecok adalah 20 rempah seperti jahe, kunir, laos, cabe jawa, salam, manis jangan, dan daun jeruk.
Nah, di gecok ini juga diberi srundeng atau parutan kelapa yang ditumbuk hingga halus dan terlihat minyaknya. Sehingga kuahnya jadi kental dan menjadikan beda bersama dengan bersama dengan tengkleng,” paparnya.
Menurut Eko, masak gecok perlu selagi setidaknya 1,5 jam – 2 jam agar daging kambing yang sudah diiris kecil jadi empuk dan bumbu meresap.
Proses memasak pakai tungku berbahan bakar kayu agar bisa diukur besar kecilnya api sesuai kebutuhan.
“Kalau masak pakai gas, rasanya beda. Seperti ada yang kurang,” ungkapnya.
Karena pakai aneka bumbu rempah, lanjut Eko, gecok mulanya diformulasikan sebagai jamu.
“Memang zaman pernah menyebutnya jamu gecok, sebab sebagai jamu untuk memulihkan suasana sehabis capai bekerja. Selain banyak rempah, kuahnya juga hangat, jadi beri kesegaran badan,” mengerti Eko.
Setiap hari, Eko setidaknya memasak 10 kilogram daging kambing untuk olahan gecok. Dia pakai semua bagian kambing, jika jeroan.
“Untuk jeroan sebenarnya tidak digunakan, pengunjung tidak cukup suka. Paling banyak diminati itu kaki dan kepala,” paparnya.
Eko juga tidak main-main di di dalam menentukan daging kambing. Setiap hari dia belanja daging segar di Kota Salatiga.
“Harus daging yang dipotong hari itu juga, jadi saya menentukan ke pasar untuk memastikan. Dulu pernah dikirim ke rumah, tetapi dagingnya sudah dibekukan, saya tolak sebab rasanya masakan jadi beda,” tegasnya.
دیدگاهتان را بنویسید